Organisasi
World Wildlife Fund, Selasa (24/1) mengumumkan status gajah Sumatera telah
diturunkan dari "terancam" menjadi "sangat terancam" oleh
Serikat Internasional Pelestarian Alam (IUCN) dan dikhawatirkan akan punah
dalam 30 tahun.
Dalam rilis
yang dipublikasikan di website resmi WWF, jumlah gajah Sumatra kini tercatat
hanya sekitar 2.400 hingga 2.800 ekor saja, dari 5.000 ekor pada 1985.
Di antara
sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan adalah separuh
populasi mereka dalam satu generasi juga menurun. Dalam enam
bulan terakhir terdapat sembilan ekor gajah yang mati di Riau, tujuh ekor
diantaranya mati dilokasi hutan Tesso Nilo baik yang berlokasi di dalam maupun
di luar hutan konservasi itu, sedangkan di Aceh terdapat lima ekor gajah yang
mati. selain karena perburuan untuk diambil gadingnya, gajah juga mati karena
sengaja diracun, Seekor
Gajah Sumatera liar ditemukan mati di tengah kebun kelapa sawit dan setelah
diotopsi, gajah tersebut diduga mati karena diracun dengan pestisida.
Selain itu
gajah Sumatra kehilangan 70 persen habitatnya. Salah satu penyebab hilangnya
habitat, menurut WWF, adalah kegiatan penggundulan hutan dan konversi hutan
menjadi area perkebunan seperti industri kelapa sawit. Sumatera kehilangan dua
pertiga hutan dataran rendah alami dalam 25 tahun terakhir, padahal hutan
tersebut adalah habitat ideal untuk gajah. Hal tersebut juga memicu konflik
antara gajah dengan manusia, banyak gajah yang datang ke area perkebunan milik
masyarakat untuk mencari makanan dan itu menyebabkan masyarakat banyak membunuh
mereka karena dianggap merusak perkebunan mereka. Padahal hal tersebut terjadi
karena mereka kehilangan habitat mereka, dan itu semua disebabkan karena
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan hewan.
0 komentar:
Posting Komentar